Usaha Sprei yang Galau :)

Kali ini bukan membahas butik-ceria ya, tetapi beberapa rekan pedagang sprei yang galau sehingga usaha sprei yang dirintis bertahun tahun hancur berantakan , tentunya ada beberapa sebab yang bisa kami share disini, Baik kita mulai saja ya :

1. Pedagang sprei di pasar persaingan sempurna misal cipadu, tanah abang, bahkan online sendiri bisa galau jika harga yang ditetapkan tidak kompetitif bagi pedagang. Margin yang cukup mestinya tidak hanya untuk pembeli tetapi juga untuk pedagang, rasio margin yang terlalu minim akan membunuh usaha pelan pelan apalagi jika pedagang kecil dan besar berkumpul, tidak butuh waktu lama untuk menghabiskan yang kecil sehingga yang tersisa hanya gajah gajah sprei saja. Solusinya bisa diciptakan strategi harga seperti busana muslim yang menggunakan range margin bervariatif mulai dari 10% hingga 40% dan salahnya sistem yang tercipta di bisnis sprei ini seperti menjadi acuan baku margin minim saja 10% bahkan bisa jauh dibawah itu, tentu bisa diatasi dengan pembentukan koperasi yang menetapkan harga bersama.

2. Hutang supplier dianggap milik pribadi. Biasanya bahan yang kita ambil sebelum diolah menjadi sprei untuk pemain lama mendapatkan tempo pembayaran 1 bulan, sehingga ada kelonggaran. Tetapi akibatnya pedagang sering lupa diri atau pencatatan bon hutang kurang baik sehingga seolah olah yang dimiliki adalah milik pribadi dan digunakan untuk keperluan lain seperti beli mobil, cicil rumah dan sebagainya, Begitu jatuh tempo pedagang sering mengalami dead lock sehingga tidak bisa membayar tagihan dan usaha harus tutup dengan sukses. Jadi sangat penting untuk belajar cash flow penjualan dan displin untuk bayar tagihan.

3. Kurang Inovatif, jadi apapun usahanya , bukan hanya sprei saja, kita butuh business development atau pengembangan usaha, karena manusia pada kodratnya tidak suka yang monoton. Entah itu kretif productnya atau cara bisnisnya, misal dulu tidak ada sprei bola maka mulai semester ini dikeluarkan edisi sprei bola atau dari cara bisnisnya yaitu tadinya jualan sprei offline maka sekarang jualan online atau jualan sprei dengan teknik MLM .

Masih banyak lagi yang harus kita perhatikan agar usaha sprei yang sudah kita tekuni tidak hancur berantakan, yang paling utama adalah suasana hati seorang pengusaha / pedagang tidak boleh sering sering galau. Mendekatkan diri kepada sang Pencipta adalah obat mujarab mengusir rasa galau.

Jualan Sprei Online Vs Offline

Sebenarnya jika sudah pernah merasakan berbisnis sprei, baik sprei online atau sprei offline semua sama sama butuh ketekunan, modal, sdm hingga waktu, tergantung visi dan misi anda waktu pertama kali mendirikan usaha mau besar di online atau offline. Tapi kurang lebih perbandingannya sebagai berikut :

1. Online tidak butuh tempat strategis tapi lebih boros biaya Internet, telp dan biaya optimasi untuk Search Engine / SEO yang membutuhkan dana tidak sedikit.
2. Online tidak butuh banyak sales counter tapi lebih boros di sales online.
3. Untuk pemula baik online maupun offline sama sama bisa dimulai tanpa modal / modal kecil. jika online via foto / katalog online tapi untuk offline bisa via brosur / katalog cetak.
4. Untuk karakteristik pasar kurang lebih pemain online memang tidak setangguh pemain offline karena rata rata pemain online saat ini hanya sambilan saja, tapi karena pasarnya luas maka Insya Allah customer akan selalu datang.
5. Untuk stock baik online / offline semua harus memiliki stock yang cukup karena saat ini para pembeli online yang besar tidak akan bodoh dengan transaksi online tanpa datang ke workshop / showroom anda.

Sekali lagi saya harus tekankan bahwa bisnis tetap bisnis yang butuh biaya , waktu dan sdm , hanya yang tekun saja akan berhasil di bidangnya tidak perduli anda berbisnis online atau offline.

Salam

Butik-Ceria
www.butik-ceria.com

Tips Awal Memulai Usaha

Ini sekedar berbagi pengalaman saja ya. Jika awal usaha kami memang hanya sebagai reseller sprei saja, kebetulan produsen besarnya dekat dengan tempat tinggal kami sehingga setiap pulang kerja atau hari sabtu minggu kami sempatan  kesana untuk belanja sprei.

Kendala mulai timbul ketika banyak order yang masuk dan tidak bisa dipenuhi oleh produsen kami tersebut sehingga komplain mulai timbul dan kami tidak bisa mengatasinya karena keterbatasan kami. Hingga akhirnya kami memutuskan untuk berganti halauan bidang usaha dari sprei menjadi kaos ceria. Awalnya kami pikir produksi lebih mudah karena semua ada di tangan kami tapi ternyata kendala produksi lebih banyak dibandingkan hanya menjadi reseller.

Jadi kira kira kesimpulannya sebagai berikut untuk anda yang baru mulai merintis usaha:
1. Baiknya anda hanya sebagai reseller salah satu product saja karena banyak product artinya terhubung ke banyak supplier dan waktu anda akan banyak tersita terbagi sehingga hasilnya kurang maksimal.
2. Mulai dulu dari anda sendiri sampai omset cukup untuk menggaji karyawan.
3. Margin harus cukup tapi masalah besarnya tergantung anda sendiri, karena jika terlalu besar maka harga tidak kompetitif sedang jika terlalu kecil maka sulit untuk pengembangan usaha.
4. Jika anda tetap memutuskan untuk masuk ke jalur produksi, baiknya belajar menjadi reseller dulu ya sampai mengerti dan paham benar masalah produknya sehingga memahami kelebihan dan kekurangan product tersebut.
5. Ada baiknya belajar dari rekanan anda / supplier anda yang sudah lebih dulu menerjuni usaha ini sehingga bisa mengurangi resiko kegagalan.

sekian dulu dan akan saya sambung di tulisan yang akan datang.